Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni dalam Perspektif Hindu
ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN SENI
DALAM PERSPEKTIF HINDU
OLEH
I MADE SUPRAPTA
NIM : 1307105055
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pemujaan
terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi secara berlebihan dapat menimbulkan
sikap hidup yang tidak seimbang. Albert Einstein menyatakan bahwa agama
mengarahkan hidup, ilmu memudahkan hidup dan seni menghaluskan serta
mengindahkan hidup. Ketidakseimbangan penerapan agama, ilmu dan seni dalam
hidup ini akan dapat menimbulkan kehidupan yang pincang. Untuk membangun sikap
hidup yang seimbang, agama, ilmu dan seni harus diaplikasikan secara terpadu
dengan posisi dan fungsi yang tepat dan akurat.
Penekanan
prioritas kehidupan pada bidang ekonomi dengan mendayagunakan ilmu pengetahuan
dan teknologi (Iptek) tentunya merupakan hal yang mutlak. Tanpa Iptek,
prioritas pada bidang ekonomi tentunya tidak mungkin bisa berhasil dengan baik.
Yang patut diperhatikan adalah mengendalikan dinamika penggunaan Iptek jangan
sampai tanpa kendali spiritual agama dan seni. Peranan agama dalam hidup ini
bermaksud menyangkut aspek spiritual yang dapat memberi arah yang benar, tepat
dan akurat.
Iptek
bertujuan untuk memberikan berbagai kemudahan hidup. Penerapan Iptek seperti
itu banyak menimbulkan kenikmatan hidup. Kenilcmatan hidup yng dinikmati dengan
batas-batas tertentu dengan kesadaran rokhani tentunya memberi makna pada arti
kehidupan. Nmaun, kenikmatan hidup tanpa dibatasi berdasarkan kesadaran rohani
akan menimbulkan dosa sosial. Demikian menurut pandangan Mahatma Gandhi, Bapak
bangsa India.
Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah dua hal yang
tidak dapat dipisahkan, ketika ilmu pengetahuan berkembang dengan otomatis
teknologi juga ikut mengalami perkembanga.
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan suatu
hal yang tidak dapat dipisahkan lagi
dari perkembangan zaman saat ini. Semua
hal kini selalu berkenaan dengan teknologi. Berbagai produk teknologi
diluncurkan guna mempermudah kegiatan manusia, semua hal kini dilakukan dengan
bantuan teknologi.
Seyogianya Iptek itu sebagai alat manusia untuk mensukseskan tujuan
hidupnya,tetapi Hidup yang dimanjakan oleh hasil pengembangan Iptek dapat
menimbulkan “budaya menerabas” budaya yang menimbulkan sikap hidup yang ingin
serba cepat dengan mengabaikan herbagai norma hidup. Untuk mendapatkan kekayaan
misalnya, orang yang memliki peluang akan menggaruk kekayaan dengan mengabaikan
norma hukum, etika, sopan santun maupun norma agama. Misalnya, dalam mentaati
suatu prosedur birokrasi, mereka akan menerabas saja dengan kekuasaan, pengaruh
maupun dengan uang. Budaya menerabas inilah akan menimbulkan kolusi, korupsi,
dan nepotisme (KKN). Budaya menerabas ini akan melemahkan hukum.
Pada dasarnya ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan,
yang harus dipelajari untuk dapat mempermudah kehidupan manusia, sehingga
ketika seseorang memanfaatkan teknologi maka tetap harus memperhatikan aspek
agama sehingga akan tercapai suatu keseimbangan antara hal yang menyangkut
keduniawian dan juga ketuhanan.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang di uraikan diatas, maka perlu kiranya dibuatkan sebuah sistem yang bisa
digunakan sebagai solusi dari permasalan tersebut di atas, yaitu sebagai
berikut:
1.
Bagaimana
Pengertian Agama, IPTEK, dan Seni?
2.
Bagaimana
pandangan agama Hindu mengenai IPTEK dan Seni?
3.
Bagaimana
hubungan perkembangan IPTEK dan Seni dengan Agama Hindu?
4.
Bagaimana
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam Weda?
5.
Bagaimana
sraddha jnana dan karma kesatuan dalam yadnya?
6.
Bagaimana
kewajiban menuntut ilmu dan mengamalkan ilmu?
7.
Bagaimana
pedoman agama Hindu dalam perkembangan IPTEK?
8.
Bagaimana
Tri Hita Karana dan tanggung jawab alam dan lingkungan?
9.
Bagaimana
antisipasi agama Hindu terhadap perkembangan IPTEK?
10.
Bagaimana
manfaat dari perkembagan IPTEK bagi umat agama Hindu?
11.
Apakah
dampak yang didapat dari perkembangan IPTEK untuk agama Hindu?
1.3.
Tujuan
Dari apa yang sebelumnya telah terurai pada latar
belakang dan juga dari hasil perumusan masalah maka dapat disimpulkan bahwa yang
menjadi tujuan dari penulisan paper ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk
mengetagui pengertian Agama, IPTEK, dan Seni.
2.
Untuk
mengetagui pandangan agama Hindu mengenai IPTEK dan Seni.
3.
Untuk
mengetagui hubungan perkembangan IPTEK dan Seni dengan Agama Hindu.
4.
Untuk
mengetagui ilmu pengetahuan dan teknologi dalam Weda.
5.
Untuk
mengetagui sraddha jnana dan karma kesatuan dalam yadnya.
6.
Untuk
mengetagui kewajiban menuntut ilmu dan mengamalkan ilmu.
7.
Untuk
mengetagui pedoman agama Hindu dalam perkembangan IPTEK.
8.
Untuk
mengetagui Tri Hita Karana dan tanggung jawab alam dan lingkungan.
9.
Untuk
mengetagui antisipasi agama Hindu terhadap perkembangan IPTEK.
10.
Untuk
mengetagui manfaat dari perkembagan IPTEK bagi umat agama Hindu.
11.
Untuk
mengetagui dampak yang didapat dari perkembangan IPTEK untuk agama Hindu.
1.
Manfaat
Menyusun
paper ini tentunya bukan hanya untuk menyelesaikan tugas tetapi memiliki
manfaat yang sekiranya mampu membantu para pembaca dalam materi ini, adapun
manfaatnya adalah sebagai berikut :
1. Manfaat
Khusus
Memberikan informasi dan materi mengenai
ilmu pengetahuan dalam perspektif Hindu kepada mahasiswa-mahasiswi Fakultas
Peternakan pada khususnya, sehingga mampu membantu dalam proses perkuliahan.
2. Manfaat
Umum
Memberikan informasi kepada masyarakat
luas mengenai pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi dalam penerapannya di
agama Hindu, karena IPTEK tanpa dasar agama tak berarti apa apa.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian
Agama, IPTEK, dan Seni
Agama menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga
disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan
kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut. Kata “agama” berasal
dari bahasa Sansekerta āgama yang berarti “tradisi”. Sedangkan kata lain untuk
menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan
berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti “mengikat kembali”. Maksudnya
dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan (wikipedia.com).
Definisi dan Batasan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi
Ilmu (science) termasuk pengetahuan (knowledge). Yang dimaksud dengan ilmu ialah pengetahuan yang diperoleh dengan cara tertentu yang dinamakan metode ilmiah. Bidang yang ditelaah oleh ilmu itu tidak terbatas kepada obyek atau kejadian yang bersifat empiris. Artinya, obyek atau kejadian tersebut dapat ditangkap oleh panca indera manusia atau alat-alat pembantu panca indera. Bidang-bidang di luar jangkauan pengalaman manusia tidak termasuk dunia empiris, contohnya masalah tentang Tuhan, akhirat, surga dan neraka, dan sebagainya. Dengan demikian terkandung makna bahwa bidang ilmu itu terbatas (Tjokronegoro dan Sudarsono, 1999).
Ilmu (science) termasuk pengetahuan (knowledge). Yang dimaksud dengan ilmu ialah pengetahuan yang diperoleh dengan cara tertentu yang dinamakan metode ilmiah. Bidang yang ditelaah oleh ilmu itu tidak terbatas kepada obyek atau kejadian yang bersifat empiris. Artinya, obyek atau kejadian tersebut dapat ditangkap oleh panca indera manusia atau alat-alat pembantu panca indera. Bidang-bidang di luar jangkauan pengalaman manusia tidak termasuk dunia empiris, contohnya masalah tentang Tuhan, akhirat, surga dan neraka, dan sebagainya. Dengan demikian terkandung makna bahwa bidang ilmu itu terbatas (Tjokronegoro dan Sudarsono, 1999).
Pengertian pengetahuan
lebih luas daripada ilmu. Pengetahuan adalah produk pemikiran. Berpikir
merupakan suatu proses yang mengikuti jalan tertentu dan akhirnya menuju kepada
suatu kesimpulan dan membuahkan suatu pendapat atau pengetahuan. Dengan
menerapkan pengetahuan, manusia dapat meringankan kerja dan beban
penderitaannya sehingga kesejahteraan data lebih baik (Tjokronegoro dan
Sudarsono, 1999).
Istilah teknologi berasal
dari perkataan Yunani technologia yang artinya pembahasan sistematik tentang
seluruh seni dan kerajinan. Teknologi yaitu usaha manusia dalam mempergunakan
segala bantuan fisik atau jasa-jasa yang dapat memperbesar produktivitas
manusia melalui pemahaman yang lebih baik, adaptasi dan kontrol, terhadap
lingkungannya. Teknologi merupakan penerapan. Oleh karena itu, teknologi
berbeda dalam dimensi ruang dan waktu (Soemitro, 1990).
Nilai lainnya adalah nilai pengetahuan dan informasi. Lebih lanjut
dikatakan bahwa yang paling penting dalam seni adalah nilai hidup yang
diungkapkan di dalamnya. Nilai-nilai ini berupa problematik yang biasanya
dipandang secara filsafati, disadari atau tidak oleh senimannya. Nilai hidup
ini menunjukkan tingkat kepahaman seniman terhadap kehidupan ini, juga
menunjukkan luasnya pandangan seniman. Nilai-nilai seni yang digemari oleh kaum
cendekiawan adalah nilai-nilai ini. Kesenian lalu dipandang sebagai suatu
metode untuk mengungkapkan kepahaman terhadap suatu kehidupan. Kalau ilmuwan
dan filosuf memahami hidup ini dengan disiplin nalarnya, maka seniman bukan
hanya bekerja berdasakan nalar, melainkan dengan seluruh aspek dimensi rohani
manusia, seperti menghayati hidup sehari-hari. Bedanya bahwa bagi
ilmuwan penghayatan hidup sehari-hari berlangsung tanpa bentuk, sedangkan pada
seniman penghayatan, dibingkai dalam bentuk intisari hakiki pemahamannya (
Sumardjo,2000:199-200).
2.2.
Pandangan
Agama Hindu Mengenai IPTEK dan Seni
Pada dasarnya ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan,
yang harus dipelajari untuk dapat mempermudah kehidupan manusia, sehingga
ketika seseorang memanfaatkan teknologi maka tetap harus memperhatikan aspek
agama sehingga akan tercapai suatu keseimbangan antara hal yang menyangkut
keduniawian dan juga ketuhanan.
Dalam Hindu ilmu pengetahuan adalah suatu hal yang sangat diagungkan
sebagai suatu anugerah Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang didasari dharma, sehingga
ketika sesorang memanfaatkan pengetahuan itu diharapkan selalu mengingat Ida
Sang Hyang Widhi Wasa sebagai suatu bentuk pengamalan dari berkarma berdasarkan
dharma, dan Kemudahan serta kenikmatan yang dapat diberikan oleh hasil
pengembangan Iptek itu tentunya patut disyukuri sebagai sebagai anugerah Tuhan.
Seni sebagai penyeimbangan antara ilmu pengetahuan, teknologi dan agama
untuk mencapai tujuan agama hindu yaitu Moksartham Jagaddhitiaya ca iti
dharmah atau kebahagiaan lahir batin.
2.3.
Hubungan
Agama Hindu dengan Perkembangan IPTEK dan Seni
Ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni merupakan satu kesatuan yang saling mendukung. Ilmu
dapat di pandang sebagai produk, proses dan paradigma. Ethika ilmu pengetahuan berusaha
memahami alam sebagaimana adanya. Salah satu ciri teori keilmuan adalah berdaya
ramah dan terbuka untuk diuji, dan dikembangkan dalam falsifikasi yang sahih (
Modul Akta V B, IA,198211983). Ilmu dapat dibagi dua yaitu, Ilmu dasar
(fundamental science) dan Ilmu terapan (applied science).
Tujuan ilmu
dasar mengembangkan ilmu itu sendiri, sedangkan tujuan ilmu terapan
untuk memecahkan masalah-masalah praktis, dan mengatasi
kesulitan-kesulitan yang dihadapi manusia. Ilmu dasar juga mempunyai tujuan untuk
mengetahui dan mendalami tentang alam dan semua isinya. Hasil-hasil yang telah
dicapai ilmu dasar menawarkan sederetan alternative-alternatif mana yang dapat
dipakai untuk memecahkan masalah praktis dalam masyarakat. Hasil-hasil ilmu
terapan itu masih harus ditransformasikan menjadi bahan atau prosedur
teknik pelaksanaan suatu proses pengelolaan atau produksi. Jadi ilmu
pengetahuan melahirkan prosedur disumbangkan kepada teknologi. Namun kalau
suatu produk walaupun prosedurnya sudah bagus dan konstruksinya kuat kalau
dipakai atau dimanfaatkan menyebabkan tidak nyaman apalagi tidak indah, tidak
seni dalam penampilan tentu tidak akan menarik perhatian orang. Pengertian seni
menurut Leo Tolstoi mengemukakan bahwa seni adalah aktivitas manusia yang
terdiri atas ini, bahwa seorang secara sadar dengan perantaraan tanda-tanda
lahiriah tertentu menyampaikan perasaan- perasaan yang telah dihayati kepada
orang - orang lain sehingga mereka kejangkitan perasaan-perasaan ini
dan juga mengalaminya”. Sesuai dengan batasan ini memang umat Hindu
khususnya di Bali mereka sudah dijangkiti oleh perasaan-perasaan seni dan
langsung mengalaminya karena didalam kegiatan keagamaan mereka dituntut untuk
memerankan seni sesuai dengan konteknya. Agama dan ilmu pada dasarnya adalah pengetahuan.
Masing - masing jenis pengetahuan mempunyai landasan-landasan ontologis,
frpistemoiogis dan aksiologis sendiri. Ilmu berusaha memahami alam sebagaimana
adanya, dan hasil-hasil kegiatan keilmuan merupakan alat untuk meramalkan
dan mengendalikan gejala-gejala alam. Pengetahuan keilmuan merupakan sari penjelasan
mengenai alam yang sifatnya umum dan impersonal. Sèdangkan agama memasukipula
daerah penjelajahan bersifat transcendental yang berada di luar pengalaman
manusia.
Sekiranya
kita bertanya Apakah yang akan terjadi setelah manusia mati‟?. Maka pertanyaan
itu tidak dapat diajukan kepada ilmu melainkan kepada agama, sebab seorang
ontologis ilmu membatasi din path pengkajian obyek yang berada dalam lingkungan
pengalaman manusia. Ilmu pengetahuan dikaji secara lebih mendalam di dalam
agama Ilmu pengetahuan merupakan kajian sebagian di dalam Weda. Ilmu dan
pengetahuan bagaikan dua sisi mata uang. Kalah satu kabur atau kosong tentu tidak dapat dijadikan transaksi pembayaran.
Demikian pula dengan agama tanpa ilmu akan menjadi egois, takabur, tidak
berdasarkan kebenaran, akan simpang siur tidak tentu arah. Agama tanpa
ilmu, tidak akan berkembang. Sebab ilmu akan‟ menuntut tentang cara mempelajari agama, mengembangkan agama dan membantu penelitian
dalam agama. Luasnya ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia merupakan jembatan
untuk mengejar atau membantu sraddha mencapai kebenaran. Ungkapan ini baru
tergolong sattwam, namun kalau tidak digerakkan oleh karma untuk berbuat tentu
tidak akan ada apa-apa. Menurut ajaran agama Hindu perbuatan yang dimaksud
adalah perbuatan yang tidak terikat oleh hasil (karmayoga ). Terikat atau tidak
kepada hasil tetapi setiap bekerja tentu dikejar oleh hasil (karma dikejar oleh
pahala, sebab merupakan hukum kodrat).
2.4.
Ilmu Penegtahuan dan Teknologi dalam Weda
Menurut Albert Einsten, agama masa depan adalah agama
alam semesta. Agama yang menghindari dogma dan teologi. Berlaku secara alamiah
dan bathiniah, serta berdasarkan pengertian agama yang muncul karena berbagai
pengalaman, baik fisik maupun spiritual, dan merupakan satu kesatuan yang
sangat berarti.
Alam sebagai satu-kesatuan terdiri atas Bhuta-kala
yang meliputi bhuta (ruang,materi), serta kala (waktu,energi). Interaksi antara
keduanya menyebabkan alam (baik buana agung maupun buana alit) tidak bersifat
kekal, tetapi senantiasa mengalami perubahan, karena hanya perubahanlah yang
kekal. Materi (bhuta) berubah karena ulah sang kala. Lalu adakah aturan untuk
semuanya ini?
Alam diciptakan-Nya sebagai suatu paket yang lengkap
dengan komposisi, struktur dan hukumnya. Segala gerak alam diatur dengan hukum
alam RTA, sedangkan tingkah laku manusia diatur dengan dharma. Akan tetapi,
mengingat manusia merupakan bagian dari alam, maka secara langsung mereka juga
dibelenggu oleh hukum alam. Hukum alam ini kemudian menurut Darwin memaparkan
bahwa siapa yang kuat (bertahan) dialah yang akan menang. Hukum alam ini
bersifat mengatur gerak makrokosmos dan mikrokosmos dari tingkat mikro hingga
makro. Benda-benda langit beredar dalam lintasannya menurut RTA. Demikian pula
gerakan-gerakan elektron di sekeliling inti. Hukum alam bersifat rahasia yang
mesti disingkap dengan kemampuan akal budhi (idep) manusia. Selanjutnya RTA
berkembang menjadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science.
Petualangan manusia dalam dunia sains berawal dari keragu-raguan dan berakhir dengan kepercayaan akan adanya ketidakpastian. Sebaliknya, penyerahan diri pada dharma, secara umum dikenal sebagai ajaran agama. Hal ini bermula dari kepercayaan dan mencapai puncaknya pada tingkat keyakinan dan kepasrahan. Dengan demikian, sains dan agama menurut perspektif Hindu bukanlah sesuatu yang bertentangan, tetapi perlu dipadukan untuk suatu inovasi yang lebih baik. Jika ajaran agama dianggap sebagai filsafat hidup, sementara filsafat merupakan induk bagi pengetahuan, apakah layak jika anak dan induknya dipertentangkan?
Petualangan manusia dalam dunia sains berawal dari keragu-raguan dan berakhir dengan kepercayaan akan adanya ketidakpastian. Sebaliknya, penyerahan diri pada dharma, secara umum dikenal sebagai ajaran agama. Hal ini bermula dari kepercayaan dan mencapai puncaknya pada tingkat keyakinan dan kepasrahan. Dengan demikian, sains dan agama menurut perspektif Hindu bukanlah sesuatu yang bertentangan, tetapi perlu dipadukan untuk suatu inovasi yang lebih baik. Jika ajaran agama dianggap sebagai filsafat hidup, sementara filsafat merupakan induk bagi pengetahuan, apakah layak jika anak dan induknya dipertentangkan?
Memperoleh kebenaran ilmiah, pengetahuan modern
memakai langkah-langkah baku yang dikenal sebagai metode ilmiah. Dalam ajaran
agama hindu dikenal dalam falsafat Samkhya, langkah-langkah itu disebut Tri
Premana. Tri Premana merupakan metode ilmiah dalam Hindu. Jika hidup dipandang
sebagai sebuah eksperimen (menyitir pendapat Mahatma Gandhi), maka Tri Prmana
adalah landasannya. Eksperimen bermula dari adanya problema yang perlu
dipecahkan. Pemecahan masalah dilakukan dengan pengamatan atas gejala-gejala
yang timbul (Anumana Premana), mengumpulkan keterangan-keterangan dari sumber
tertulis atau pengalaman (Agama Premana), serta dibuktikan dengan pengamatan
langsung (Praktyasa Premana). Pengetahuan kebenaran yang telah berhasil
disingkap harus disampaikan kepada orang lain dan tidak boleh dikuasai sendiri.
Hal ini disebabkan pengetahuan bersifat mengalir (Saraswati), bagaikan siklus
air (Banyu Pinaruh) dalam kerangka Tri Pramana. Sungguhlah berdosa jika sampai
kita memiliki ilmu pengetahuan itu sendiri tapi hanya kita kuasai sendiri. Agar
kita tidak serakah terhadap ilmu, maka ada baiknya kita mengingat amanat kitab
suci WEDA. Seperti nyala api, pengetahuan dan keterampilan hendaknya
disebarluaskan kepada yang lainnya (Rgveda 1.12.6). Dan dalam Bhagawadgita
disebutkan persembahan berupa ilmu pengetahuan lebih bermutu daripada
persembahan materi ; dalam keseluruhannya semua kerja ini berpusat pada ilmu
pengetahuan ( Bhagawadgita IV.33)
2.5.
Sraddha Jnana dan Karma sebagai Kesatuan dalam Yadnya
Ilmu
pengetahuan,teknologi dan seni merupakan satu kesatuan yang saling mendukung. Ilmu
dapat dipandang sebagai produk,proses dan paradigma. Ethika ilmu pengetahuan
berusaha memahami alam sebagaimana adanya. Salah satu ciri teori keilmuan
adalah berdaya ramah dan terbuka untuk diuji,dan dikembangkan dalam falsifikasi
yang salah. Ilmu dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Ilmu dasar (fundamental science)
2. Ilmu terapan (applied scince)
Tujuan ilmu
dasar yaitu untuk mengembangkan ilmu itu sendiri dan ilmu terapan untuk
memecahkan masalah praktis dan memecahkan kesulitan – kesulitan yang dihadapi
oleh manusia. Ilmu pengetahuan dapat menyumbangkan alternatif-
alternatif,prosedur dalam teknologi, oleh karena itu ilmu pengetahuan harus
didasari oleh agama sehingga tidak membabi buta,karena tidak semua masalah
dapat diselesaikan dengan ilmu pengetahuan. Seni dalam agama Hindu sudah
menjangkit dalam perasaan umat karena setiap upacara agama tentu ada pentas
seni sesuai dengan konteksnya. Setiap pekerjaan didasari oleh sikap beryadnya
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan tidak terikat oleh hasilnya.
2.6.
Kewajiban Menuntut Ilmu dan Mengamalkan Ilmu
Kewajiban
menuntut ilmu adalah suatu hal yang mutlak harus dilakukan oleh umat yang
sedang brahmacari untuk kepentingan kehidupan dalam Grehasta. Dalam tingkat
hidup Grehasta mempunyai tanggung jawab yang prinsipil yaitu membentuk anak
yang suputra yang dapat berguna dalam masyarakat dan taat kepada catur guru. Untuk
memdidik anak menjadi suputra tidak mudah diperlukan persiapan yang matang. Oleh
karena itu dalam tingkat brahmacari harus berhasil dengan baik sehingga bisa
mencari nafkah untuk menghidupi keluarga. Ilmu pengetahuan yang diperoleh pada
saat berguru harus lengkap,baik ilmu untuk mencari nafkah ataupun agama.
2.7.
Pedoman Agama Hindu dalam Perkembangan IPTEK
Agama Hindu mengajarkan bahwa manusia sebagai mahluk
Tri Pramana yang dibekali bayu, sabda, dan idep. Bayu adalah kemampuan untuk
bergerak, tumbuh, berkembang, hidup dan didukung oleh sabda yang memberikan
kemampuan untuk berbicara, berkomunikasi serta dimuliakan dengan diberikan idep
yang merupakan akal yang memberi kemampuan untuk berpikir dan menentukan yang
baik atau salah (wiweka). Oleh karena itu, semenjak hidup manusia tidak lepas
dari perkembangan baik perkembangan ilmu pengetahuan maupun teknologi, mulai
dari jaman primitif sampai ke jaman modern seperti sekarang ini.
Dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
agama Hindu selalu mengajarkan agar berpedoman pada kesucian agar ilmu
pengetahuan maupun teknologi yang dikembangkan senantiasa tidak merusak tatanan
kehidupan dan selalu untuk memberi manfaat yang positif bagi umat manusia.
Karena bagaimanapun untuk mengejar kesejahteraan lahir bathin yang mencakup
artha, kama untuk mencapai moksa tentu kita harus tetap berpegangan pada ajaran
dharma.
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini juga kita hendaknya tetap berpedoman pada:
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini juga kita hendaknya tetap berpedoman pada:
1.
Tri Samaya
- Atita : belajar dengan masa lampau
- Wartamana : penyesuaian dengan masa sekarang
- Nagata : penyesuaian pengembangan untuk masa yang akan datang
2.
Dharma Sidhyartha
a. Iksa
: pemahaman maksud dan
tujuan kegiatan
b. Sakti
: kesadaran kemampuan
mendukung kegiatan
c. Desa :
penyesuaian tempat kegiatan
d.
Kala :
penyesuaian waktu kegiatan
e. Tattwa
: pemahaman hakikat kegiatan
itu
3.
Rasa, utsaha, dan logika (akal).
Dan ke semua tersebut harus disesuaikan dengan:
a.
Desa = penyesuaian dengan tempat.
b.
Kala = penyesuaian dengan waktu.
c.
Patra = penyesuaian dengan keadaan.
2.8.
Tri Hita Karana dan Tanggung Jawab terhadap Alam dan Lingkungan
Tri hita
karana bersifat Universal merupakan landasan hidup menuju kebahagiaan lahir dan
bhatin.tri hita karana berasal dari kata Tri = tiga, Hita = Sejahtera,kebahagiaan
sedangkan karana artinya penyebab,jadi Tri hita karana adalah Tiga penyebab
kebahagiaan atau kesejahtraan yang meliputi,
1. Prahyangan yaitu Keyakinan manusia
terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
2. Pawongan yaitu manusia sendiri yang
bersifat individu dan mahluk sosial sehingga memerlukan hubungan antar sesam
manusia.
3. Palemahan dalam artian luas
yaiu,sebagai tempat manusia itu tinggal dan berkembang sesuai dengan kodratnya,
termasuk sarwa prani.
Dengan
demikian konsep ‘Tri Hita Karana” telah memberikan pedoman untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi:
1. Menjadi dasar perkembangan ilmu
pengetahuan dan kesehatan masyarakat
2. Menjadikan dasar tujuan perkembangan
manusia indonesia seutuhnya “Amanah Moksartham Jagaddhitiaya ca iti dharmah”.
3. Menjadi dasar gerakan lingkungan
hidup guna memelihara lingkungan sehat bagi kehidup manusia.
4. Menjadi dasar gerakan keluarga
berencana, untuk dapat mengendalikan pertumbuhan penduduk yang seimbang.
5. Khusus untuh masyarakat Hindu Tri
Hita Karana ,menjadi dasar pula untuk pembentukan perumahan keluarga.
2.9.
Manfaat Ilmu Penegetahuan dan Teknologi bagi Agama
Hindu
1.
Kendaraan bermotor
Umat hindu menggunakan kendaraan bermotor sebagai alat transpormasi untuk
kegiatan-kegiatan upacara agar lebih cepat, seperti saat ke tempat suci(pura)
yang jaraknya jauh dari rumah, dengan menggunakan kendaraan bermotor akan lebih
praktis. Tetapi, sulinggih sebaiknya tidak mengemudikan kendaraan mengingat resiko
hukum bila terjadi pelanggaran lalu lintas.
2.
Melasti
Pada umumnya melasti berjalan kaki beriringan menuju segara atau pantai
atau bagi umat hindu tempat penyucian bagi Bhatara. Tetapi, dianjurkan tidak
memakai kendaraan sepanjang masih memungkinkan.
3.
Pemakaian kaset
Dengan adanya kaset/CD
umat bisa belajar dari rekaman tersebut, contohnya seperti pemutaran kaset Puja
Trisandya di sekolah. Tetapi, tidak dibenarkan dipergunakan untuk, mengiringi
upacara agama, kecuali untuk mengisi kekosongan sepanjang tidak merusak suasana
keagamaan.
4.
Plastik
- Di dalam memohon dan mundut/ membawa tirta dianjurkan supaya mempergunakan tempat dan sikap yang patut demi menjaga kesuciannya.
- Tidak dibenarkan memakai alat- alat yang berasal dan plastik, imitasi dan sejenisnya sebagai pengganti daripada daun bunga dan buah yang berfungsi sebagai upakara yadnya.
- Penggunaan: plastik dan barang- barang imitasi sebagai wadah/ hiasan masih bisa diterima.
5.
Kompor
Penggunaan kompor dalam rangkaian pembakaran mayat bisa diterima, sepanjang tidak merusak suasana dan tidak mengurangi syarat upacara.
Penggunaan kompor dalam rangkaian pembakaran mayat bisa diterima, sepanjang tidak merusak suasana dan tidak mengurangi syarat upacara.
6. Seng dan genteng
Keberadaan genteng atau
seng ini sangat mengguntungkan bagi mereka yang ingin atap dari pura(sanggah)
tersebut tahan lama. Tetapi, dianjurkan mempergunakan ilalang, ijuk dan bambu sebagai
atap untuk bangunan suci dan sedapat mungkin menghindari seng dan genteng
sebagai atap.
7.
Beton cetakan.
- Guna memenuhi persyaratan asta kosala kosali dan asta bhumi, bangunan palinggih sebaiknya tidak mempergunakan beton cetakan
- Kalau penggunaannya bukan untuk palinggih masih bisa diterima.
8.
Bayi tabung
- Bayi tabung dapat diterima atas persetujuan suami istri.
- Inseminasi atau pembuahan secara suntik bagi umat Hindu dipandang tidak sesuai dengan tata kehidupan agama Hindu, karena tidak melalui samskara dan menyulitkan dalam hukum kemasyarakatan.
2.10.
Antisipasi Umat Hindu terhadap Perkembangan IPTEK
Dengan
merenungkan kembali manfaat IPTEK, maka kita menyadari tentang penggunaan atau
manfaat IPTEK itu. Telah diungkapkan pada bagian awal tulisan ini IPTEK ibarat
pisau bermata dua, di satu pihak akan sangat bermanfaat bila didayagunakan
untuk meningkatkan kesejahteraan hidup, kemakmuran dan kebahagiaan umat
manusia, tetapi disisi lainnya akan sangat tidak ada gunanya jika IPTEK
menjerumuskan umat manusia pada jurang kehancuran, misalnya seperti bom nuklir
atau bom kimia yang dapat menghancurkan umat manusia yang tidak berdosa, mahluk
hidup yang lain dan kerusakan alam pada lokasi bom itu diledakkan atau
di-ujicobakan. Dari media massa kita bisa mendapatkan informasi tentang
aktivitas pencinta perdamaian dan lingkungan menentang berbagai percobaan
nuklir, menunjukkan bahwa kemajuan IPTEK akan sangat berbahaya bila digunakan
untuk tujuan-tujuan yang tidak menguntungkan umat manusia.
Dalam pengembangan IPTEK tentunya
umat beragama punya tanggung jawab moral, etika, dan spiritual untuk menjaga
pengembangan IPTEK khususnya yang dikembangkan oleh para pakar bioteknologi
untuk tidak mencampuradukkan berbagai gen dan menciptakan organisme yang
kemudian menjadi monster-monster yang mengancam kelestarian alam dan
kesejahteraan umat manusia. Umat beragama kiranya dapat mengantisipasi kemajuan
IPTEK dengan kembali kepada makna IPTEK ditinjau dari sudut pandang agama,
yaitu : untuk mendekatkan diri manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan
belajar dari ciptaan-Nya yang mengagumkan dan untuk meningkatkan kesejahteraan
hidup dan kebahagiaan umat manusia. Sepanjang IPTEK bermanfaat untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia, meningkatkan kecerdasan dan keluhuran budi
pekerti serta tanggung jawabnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, umat manusia dan
segala ciptaan-Nya, maka agama sangat mendorong kemajuan IPTEK, tetapi IPTEK
yang disalahgunakan untuk menghancurkan umat manusia, berbagai mahluk hidup
serta alam ciptaan-Nya maka IPTEK itu hendaknya ditinggalkan. Untuk itu kitab
suci Veda mendorong umat-Nya untuk senantiasa kreatif dan selalu maju seperti
diamanatkan dalam kitab suci Veda berikut :
“ Wahai umat manusia, maju teruslah kamu, jangan
mundur. Aku anugrahkan dua hal yaitu : Kekuatan dan kecerdasan”(Atharvaveda
VIII.1.6)
“ Wahai umat manusia maju dan naiklah, jangan turun
dan mundur. Semoga engkau dapat memecahkan ikatan kematian”(Atharvaveda
VIII.1.4)
“ Wahai umat manusia majulah kamu dari kegelapan pikiran,
menuju cahaya yang terang”
(Atharvaveda VIII.1.8)
“ Wahai umat manusia, bangkitlah dan tataplah ke
depan” (Atharvaveda X.179.1)
“Sesungguhnya Tuhan Yang Maha Esa, membuat kemajuan di
bumi dengan menurunkan ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan dan tingkah laku yang
bertanggung jawab / terpuji” (Rgveda X.29.7)
Berdasarkan kutipan tersebut, umat
beragama, khususnya mengantisipasi dampak IPTEK adalah dengan jalan kembali
kepada ajaran Tuhan Yang Maha Esa dalam kitab suci veda maupun susastra Hindu
lainnya. Demikian pula dapat dijumpai sebuah adigium di dalam Hindu yang
menyatakan : “Bukanlah seorang maharsi (muni / cendekiawan) bila ia tidak
memberikan pendapat (tafsir kembali) terhadap apa yang dipahami mereka”. Jadi
pengkajian terhadap ajaran agama dengan menyingkapi makna ilmu pengetahuan dan
teknologi serta manfaat penjelmaan dapat mengantar seseorang mencapai
kebahagiaan.
2.11.
Dampak perkembangan Ilmu Penegtahuan dan Teknologi
terhadap Hindu
Perkembangan
teknologi dalam kehidupan agama hindu pasti menimbulkan beberapa dampak yaitu :
- Dampak Positif
a.
Penyebaran ajaran-ajaran agama hindu bisa
dilakukan dengan mudah melalui teknologi informasi
b.
Dengan menggunakan teknologi informasi
bisa digunakan sebagai media komunikasi yang mudah bagi para umat seagama
maupun berbeda agama.
c.
Bisa membentuk sumber daya manusia yang
intensif. Karena umat secara tidak langsung memperoleh pengetahuan agama
melalui penggunaan teknologi informasi.
2.
Dampak Negatif
a.
Bila tidak berpedoman pada agama hindu
maka akan terjadi penyalahgunaan terhadap perkembangan teknologi informasi.
b.
Melalui teknologi informasi,
penafsiran-penafsiran yang tidak sesuai tentang ajaran agama hindu (salah
penafsiran) akan lebih mudah tersebar.
c.
Tata krama dalam agama hindu tidak
sepenuhnya bisa dipermudah dengan menggunakan teknologi informasi.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
1. Agama
adalah suatu sistem kepercayaan terhadap Tuhan. Ilmu pengetahuan adalah sesuatu
yang didapat melalui metode ilmiah. Seni adalah sesuatu yang indah dari ekpresi
manusia.
2. Dalam
Hindu ilmu pengetahuan adalah suatu hal yang sangat diagungkan sebagai suatu
anugerah Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang didasari dharma.
3. Hubungan
antara agama dan ilmu pengetahuan sangatlah erat. Ilmu pegetahuan tanpa agama
tak akan ada apa-apanya dan hanya akan kearah yang negative karena tanpa dharma
sama seperti agama tanpa ilmu pengetahuan tak akan mampu berkembang.
4. Dalam
weda ilmu pengetahuan tersebut harus di sebarkan, sesuai dengan Reg Weda 1.12.6
“Seperti nyala api, pengetahuan dan
keterampilan hendaknya disebarluaskan kepada yang lainnya”
5. Sraaddha
Jnana Karma sebagai kesatuan yadnya, tidak semua pekerjaan dapat diselesaikan
oleh ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi harus berpedoman dari ketiga hal
tersebut yang berdasarkan yadnya.
6. Kewajiban menuntut ilmu adalah suatu
hal yang mutlak harus dilakukan oleh umat yang sedang brahmacari untuk
kepentingan kehidupan dalam Grehasta.
7. Dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini juga kita hendaknya tetap
berpedoman pada Tri Samaya, Dharma Sidhyartha, Rasa, utsaha, dan logika (akal), serta semua hal
tersebut harus disesuaikan dengan Desa, Kala, dan Patra.
8. Dengan
konsep Tri Hita Karana dapat menjadi dasar untuk mengamalkan amanah Moksartham Jagaddhitiaya ca iti
dharmah.
9. Perkembangan
IPTEK terhadap umat hindu memiliki beberap manfaat yang setidaknya mampu
membntu umat dalam melaksanakan upacara seperti Kendaraan bermotor,
melasti, pemakaian kaset, plastic, kompor, seng dan genteng, beton
cetakan, serta bayi tabung.
10. Walaupun
IPTEK banyak manfaat tetapi IPTEK
ibarat pisau bermata dua, di satu pihak akan sangat bermanfaat bila
didayagunakan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup, kemakmuran dan
kebahagiaan umat manusia, tetapi disisi lainnya akan sangat tidak ada gunanya
jika IPTEK menjerumuskan umat manusia pada jurang kehancuran.
11. Terdapat
dua dampak dari perkembangan IPTEK terhadap hindu, yaitu dampak positif dan
negatif. Contoh dampak positif adalah penyebaran ajaran-ajaran agama hindu bisa
dilakukan dengan mudah melalui teknologi informasi, sedangan dampak negatifnya
adalah bila tidak berpedoman pada agama hindu maka akan terjadi penyalahgunaan
terhadap perkembangan teknologi tersebut.
3.2.
Saran
Ilmu
pegetahuan, teknologi dan seni memang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Tetapi apa jadinya hal tersebut jika tidak didasari oleh ajaran agama. Hal ini
malah akan meresahkan masyarakat karena akan bersifat merusak. Oleh karena itu
ada baiknya perlu adanya penyeimbangan antara IPTEK, seni dengan ajaran agama.
DAFTAR
PUSTAKA
Comments
Post a Comment